Kamis, 14 Oktober 2010

Efek Digital Dari Jurnalisme

Efek era digital terhadap jurnalisme ini, dengan jelas terlihat pada cara foto dan film yang kini dapat diproduksi dengan singkat dan mudah. Di masa lalu, prosesnya akan memakan waktu lama. Untuk tiba di ruang redaksi, kadang-kadang klise foto harus dikirim melalui jarak yang jauh, memakai kendaraan, kreta api, kapal bahkan pesawat. Itu pun masih membutuhkan waktu lama di ruang gelap untuk proses cetak. 

Sekarang semua dapat dilakukan sekaligus dengan menggunakan kamera digital, handphone, bahkan komputer laptop. Sesaat setelah gambar diambil dengan kamera digital dapat dengan segera disambungkan dengan kabel atau bluetooth ke komputer, dan dalam hitungan detik komputer dengan segera membaca dan mendownload foto dan menampilkan ke layar komputer.
 
Editor gambar di ruang redaksi atau di kator berita hanya butuh waktu beberapa menit untuk mengecek kualitas gambar dan menambahkan keterangan sebelum dikirim secara otomatis melalui jaringan internet ke mana saja hendak dikirimkan di seluruh dunia. Gambar juga dapat didesain ulang, sehingga dapat ditampilkan sebagai desain web, dalam bentuk tampilan gerak (mis. Slite-show). Bahkan, kamera digital dapat sekaligus merekam gambar gerak sekaligus merekam komentar atas gambar yang bisa diputarkan kembali.
 
Editor surat kabar juga bisa menggunakan sistem kontrol menggunakan internet untuk melihat dan memberitahu kameramen, gambar mana yang mesti diambil, dari jarak ribuan mill. Era digital tengah mengubah Jurnalistik untuk selamanya. Sekarang siapa pun yang memiliki akses ke Internet dapat menikmati berita apa saja yang mereka inginkan, dapat berlangganan secara personal dengan penyedia berita, yang hanya akan mengirimkan berita yang mereka inginkan langsung ke account pribadi mereka. Organisasi media besar meng-update beritanya ke seluruh dunia setiap saat. Dengan kata lain, era digital jurnalisme memungkinkan konsumen menikmati berita yang mereka butuhkan pada saat mereka menginginkan. Media menjadi sangat personal.
 
Interaktif
Era digital jurnalisme juga lebih interaktif. Sebelumnya, proses jurnalistik berlangsung searah, dan kita harus percaya pada para editor, reporter dan fotogarafer dan mengambil apa yang mereka sodorkan. Ini tidak berlaku lagi. Diskusi bahkan perdebatan terhadap semua issu semakin diperkaya pada era digital. Kita dapat dengan mudah mengomentari, mengeritik, memberikan koreksi terhadap sebuah berita.
 
Era digital bagi jurnalistik juga berarti mengambil bentuk dan cara baru dalam penulisan dan pengeditan. Penulisan jurnalistik lama berdasar pada cara bercerita linear, sering kita sebut piramida terbalik (akan kita diskusikan nanti). Ini menyediakan kepada pembaca, pendengar atau pemirsa rangkuman lead, dan memberikan detailnya dalam bentuk teratur. Ini akan bekerja baik di halaman cetak, namun tidak lagi di layar komputer. Dengan hypertex sekarang memungkinkan jurnalis menuliskan berita secara online yang multidimensi. Jurnalis dapat membentuk berita secara berbeda, dan membiarkan pembacara mengambilnya menurut cara mereka sendiri. Mungkin seorang pembaca akan mengklik kata-kata kunci atau istilah-istilah teknis, yang lain ke tulisan terkait mengenai fakta yang ditampilkan di dalam berita. Setiap berita online dapat dibaca dengan banyak cara, dan seluruhnya tergantung selera pembaca. Link atau pautan dibuat untuk ide-ide terkait, yang sangat berbeda dengan pendekatan jurnalisme lama, yang dikompilasi, disusun logis, dan analitis.
 
Internet juga memungkinkan jurnalis mendapatkan fakta-fakta dengan cara yang sangat berbeda. Mencari fakta sekarang amat mudah. Namun demikian, pelaporan melalu internet berarti bahwa seorang jurnalis tetap harus mengecek fakta-fakta dan tidak mengambilnya bulat-bulat, hanya karena sumbernya mengatakan benar. Siapa pun dapat menaruh apa pun di Internet. Luciano Floridi (1995) berpendapat bahwa Internet tampil seperti perpustakaan raksasa di mana setiap setengah jam sejumlah buku ditumpukkan di pintunya dan setiap hari mengubah posisi buku di rak-raknya.”
 
Era digital berarti bahawa informasi beralih dari tangan pemerintah ke tangan para jurnalis. Itu juga berarti sebuah kesempatan baru untuk jurnalisme modern. Pengolahan kata adalah produk pertama yang masuk di ruang redaksi, spreadsheets serta data base untuk penyimpanan dan analsis data menyusul. Kemudian, Internet mengubah secara radikal strategi pencarian sumber-sumber berita dan informasi.
Kekuatan Database
 
DatA base sebenarnya mirip dengan kartu-kartu file di masa lalu. Jika kita ingin mencari informasi khusus, misalnya orang tertentu, ini menjadi mudah. Jika kita ingin data statistik dan data base komputer melalui internet akan melakukanna untuk kita. Spreadsheet terdiri atas kolom dan garis-garis, dengan sel di setiap pertemuan. Sell ini berisi teks, gambar dan rumus-rumus. Misalnya, saat seorang jurnalis menulis berita mengenai dana pemerintah, jusrnalis dapat memasukkan data ke spreatsheet dan komputer akan otomatis menghitung hasil-hasil total dananya.
 
Data base dan jaringan tekoneksi sungguh tidak ternilai bagi seorang wartawan. Semua bentuk dokumen, informasi terbaru dapat ditemukan dengan mudah. Ini mengubah tugas jurnalis di era digital. Dari pada mencari informasi yang tertutup, kini adalah menyeleksi informasi paling berharga dan penting.
Mengambil bagian dalam milis diskusi adalah salah satu cara terbaik untuk tetap mendapatkan informasi mengenai berita-berita dan mengupdate diri dengan mudah. Melalui email, situs pribadi seperti blog, dapat menjadi sumber yang baik. Setiap orang adalah seorang jurnalis di era digital.
Tantangan Nyata Bagi Jurnalis
 
Jurnalis era digital harus menjadi seorang spesialis yang mengetahui bagaimana mencari informasi di web dan menjadikannya berita. Pembaca tidak mempunyai training dan kemampuan untuk ini. Kesempatan emas online, kata Katherine Fulton, adalah menemukan jalan untuk memberikan informasi kepada orang-orang secara mendalam dan efektif.
 
Pertanyaannya adalah apakah orang masih akan berpaling kepada jurnalis atau seseorang yang lain dalam 10-20 tahun lagi, saat mereka membutuhkan filter informasi yang lebih baik. Jurnalis, yang telah kehilangan demikian banyak otoritasnya dan sikapnya dalam kebudayaan kita, akan kembali mencari haknya dalam dua bidang ini.
 
Pada level paling sederhana, mengumpulkan berita terdiri atas tiga tahap: mendapatkan ide; menemukan informasi; menulis beritanya. Menggunakan internet untuk pelaporan membantu jurnalis di era digital untuk melokalisir dan mengumpulkan informasi. Menyeleksi, verifikasi, dan menulis masih tetap menjadi hal personal dan kreatif, dan itu membutuhkan training, pengetahuan dan pengalaman.

Sumber : Tadulako Campus Journals

Tidak ada komentar:

Posting Komentar